Penjual tanaman hias yang bernilai jual tinggi saat ini masih banyak digemari oleh masyarakat Sragen. Masalah media tanam yang subur menjadi masalah utama dalam menghasilkan produk yang dapat bersaing dengan yang lain. Sehingga kebutuhan akan pupuk terus meningkat dan terus mengalami inovasi serta perbaikan.
Dari situasi di atas, digagas solusi tentang pemanfaatan pupuk organik dari limbah air bekas cucian beras dan kulit pisang. Air cucian beras merupakan air sisa proses pencucian beras yang pada umumnya jarang dimanfaatkan sehingga hanya dibuang. Air cucian beras mengandung unsur 80% vitamin B1, 70% vitamin B3 , 90% vitamin B6, 50% mangan (Mn), 50% fosfor (P), 60% zat besi (Fe), 100% serat, dan asam lemak essensial. Kulit pisang kepok yang akan dibuat pupuk organik ini mempunyai kandungan unsur hara yang terdapat dalam pupuk tersebut yaitu C-Organik sebesar 0,55%, N-total 0,18%, P2O5 0,043%, K2O 1,137%, C/N 3,06?n mempunyai pH 4,5 sehingga kulit pisang ini memiliki kemampuan yang baik untuk dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik.
Dalam projek ini, metode yang digunakan adalah eksperimen. Eksperimen dilakukan dengan cara mengolah limbah air bekas cucian beras dan kulit pisang dengan mencampurkan EM4, yakult dan cairan tetes tebu yang didiamkan selama 1 - 2 minggu untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Kemudian produk dikemas ke dalam botol berlabel.
Pupuk organik cair ini bisa bermanfaat ganda, yaitu memanfaatkan limbah organik yang ada di lingkungan sehingga bisa menjaga keberlangsungan hidup manusia dan meningkatkan kemampuan jiwa kewirausahaan masyarakat.
Kata kunci : Pupuk organik cair, air bekas cucian beras, kulit pisang kepok
Kesuburan sebuah tanaman sangat tergantung dari media tanam yang digunakan. Terutama adalah tanah yang akan digunakan untuk menanam harus dipastikan mengandung unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Dalam hal ini kesuburan media tanam bisa dibantu dengan penggunaan pupuk (Sinaga, 2009). Saat ini pupuk yang ada di pasaran dan yang mendapat subsidi dari pemerintah adalah pupuk yang berbentuk bubuk. Untuk pupuk yang berbentuk cair masih jarang ditemukan.
Perdagangan tanaman hias saat ini masih menjadi pilihan para pecinta tanaman untuk ikut meramaikan perdagangan di Indonesia. Tanaman hias sekarang ini mempunyai harga jual tinggi, sehingga membuat para pengusaha tanaman hias berlomba untuk dapat menghasilkan tanaman yang sehat, subur, dan mampu bersaing dengan para pedagang yang lain. Salah satu cara yang mereka lakukan adalah dengan merawat tanaman tersebut dengan media pupuk dan lainnya (Rosmarkam, 2002).
Di bidang pertanian dan perkebunan, masalah media tanam yang subur menjadi masalah utama dalam menghasilkan produk yang dapat bersaing dengan yang lain. Sehingga kebutuhan akan pupuk terus meningkat dan terus mengalami inovasi serta perbaikan (Rosmarkam, 2002).
Dari situasi di atas, digagas solusi tentang pemanfaatan pupuk organik dari limbah air dan kulit pisang. Limbah air yang dimanfaatkan adalah air limbah bekas cucian beras. Sebagai bahan pangan pokok bagi sekitar 90% penduduk Indonesia, beras menyumbang antara 40 – 80% kalori dan 45 – 55 % protein. Sumbangan beras dalam mengisi kebutuhan gizi tersebut semakin besar pada lapisan penduduk yang berpenghasilan rendah. Air bekas cucian beras merupakan air sisa proses pencucian beras yang pada umumnya jarang dimanfaatkan sehingga hanya dibuang. Air bekas cucian beras mengandung unsur 80% vitamin B1, 70% vitamin B3 , 90% vitamin B6, 50% mangan (Mn), 50% fosfor (P), 60% zat besi (Fe), 100% serat, dan asam lemak essensial (Anonim, 2011). Masyarakat saat ini banyak yang mengonsumsi pisang untuk pengganti nasi karena karbohidratnya yang cukup tinggi. Kebanyakan limbah dari kulit pisang tersebut tidak diolah kembali sehingga tidak menambah nilai guna kulit pisang tersebut. Kulit pisang yang akan dibuat pupuk organik ini mempunyai kandungan seperti kalsium, fosfor, magnesium, sodium, dan sulfur, sehingga kulit pisang ini memiliki kemampuan yang baik untuk dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Jika kita menggunakan kulit pisang kepok sebagai pupuk cair, maka kandungan unsur hara yang terdapat dalam pupuk tersebut yaitu C-Organik sebesar 0,55%, N-total 0,18%, P2O5 0,043%, K2O 1,137%, C/N 3,06?n mempunyai pH 4,5 (Eka. S, 2018). Pilihan pada kulit pisang kepok ini karena pisang kepok adalah bahan dasar yang paling mudah ditemukan di lingkungan sekitar kita yang digunakan oleh para penjual kue leker, crepes, kue martabak manis dan di Kota Sragen para penjual makanan ini sangat banyak ditemukan dari pagi sampai malam hari.
Agar limbah air bekas cucian beras dan kulit pisang kepok ini dapat diubah menjadi pupuk dibutuhkan bahan lain yaitu EM4 yangmerupakan bahan yang membantu mempercepat proses pembuatan pupuk organik dan meningkatkan kualitasnya. Selain itu, EM4 juga bermanfaat memperbaiki struktur dan tekstur tanah menjadi lebih baik serta menyuplai unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Bahan yang dibutuhkan lainnya ialah yakult yang mempunyai fungsi sebagai tambahan bakteri pengurai agar bisa menguraikan berbagai asam amino dari sampah organik.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ingin memanfaatkan limbah air bekas cucian beras dan kulit pisang kepok tersebut menjadi pupuk cair organik yang ramah lingkungan dengan menambahkan EM4, yakult, tetes tebu. Sehingga limbah – limbah rumah tangga tersebut dapat dimanfaatkan dan dapat menjadi sumber pendapatan masyarakat. Para penjual tanaman pada umumnya menyukai tanaman yang subur dan cepat laku. Dengan tanaman yang cepat berdaun terutama tanaman hias akan meningkatkan nilai jual tanaman tersebut. Dan pupuk picuras ini bermanfaat untuk mempercepat pertumbuhan daun. Harapannya dengan adanya pupuk picuras yang murah ini dapat terjangkau dan meningkatkan penghasilan para penjual tanaman hias.
Pupuk organik cair saat ini masih belum banyak ditemukan. Pupuk yang bersubsidi pemerintah adalah pupuk yang berjenis bubuk. Sehingga pupuk organik cair biasanya merupakan hasil kreativitas dari masyarakat dengan memanfaatkan limbah – limbah organik yang ada disekitarnya. Sebelum ini banyak yang membuat pupuk organik cair dengan berbahan baku dari sisa – sisa potongan sayur, sampah organik, dan sampah dedaunan kering. Untuk pupuk organik cair dengan berbahan dasar air bekas cucian beras dan kulit pisang kepok ini, belum ada yang membuat. Dari beberapa penelitian yang dijadikan referensi, hanyalah pupuk cair yang berbahan salah satunya saja yaitu pupuk organik cair dengan air bekas cucian beras dan pupuk organik cair berbahan kulit pisang serta dalam pembuatan pupuk dari kulit pisang yang sebelumnya tidak menggunakan jenis pisang kepok.
Sehingga dalam inovasi ini, dibuat pupuk organik cair dengan mencampurkan kedua bahan tersebut. Hal ini dilakukan agar kandungan unsur hara yang dibutuhkan media tanam lebih banyak karena berasal dari bahan - bahan yang banyak mengandung unsur mineral. Sehingga pupuk organik cair dengan berbahan kulit pisang kepok dan air bekas cucian beras ini menjadi pupuk pilihan yang sangat bagus sekali untuk masyarakat terutama penjual tanaman untuk dapat meningkatkan pendapatan mereka.
Nama |
Kelompok POC SMA Negeri 1 Sragen |