Perkembangan sektor energi tidak lagi dipandang sebagai sesuatu yang belaka, melainkan sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi. Itulah sebabnya Pemerintah berkomitmen untuk pemanfaatan energi baru terbarukan, melalui kebijakan pertumbuhan dan inovasi. Untuk itu, perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan pemanfaatan energi terbarukan salah satunya dengan memanfaatkan minyak Jelantah.
Minyak jelantah (limbah minyak goreng) merupakan limbah minyak goreng yang dihasilkan oleh rumah tangga yang sering dibuang ke saluran pembuangan. Dengan memanfaatkannya sebagai bahan bakar, dampak pencemaran lingkungan yang diakibatkannya bisa diminimalisir. Pemakaian minyak jelantah yang berkelanjutan dapat merusak kesehatan, menyebabkan penyakit kanker, dan mengurangi kecerdasan. Untuk itu perlu penanganan yang tepat agar limbah minyak jelantah dapat bermanfaat dan tidak menimbulkan kerugian dari aspek kesehatan manusia dan lingkungan. Salah satunya adalah kompor.
Pada umunya kompor minyak yang digunakan masyarakat adalah minyak tanah. Minyak tanah harganya mahal dan susah didapat, ada trobosan baru dengan menggunakan minyak jelantah. Nilai positifnya dari kompor ini adalah ramah lingkungan. Emisi gas yang dihasilkan dari pembakaran minyak nabati jauh lebih rendah dibandingkan dengan minyak tanah. Dalam IPTEK VOICE di website Kemntrian Negara Riset dan Teknologi RI, Safriadi, perekayasa di BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) menyebutkan bahwa bahan bakar nabati mampu menurunkan 100% emisi gas buangan surfur dan CO2 serta CO sampai 50%.
Tujuan penulisan karya ilmiah ini untuk memberikan solusibagi para Ibu-Ibu rumah tangga khususnya kalangan menengah ke bawah. Alternatif ini memeberi solusi dan kemudahan untuk masyarakat dalam memanfaatkan limbah minyak goreng(minyak jelantah). Perkembangan yang melandasi terbentuknya inovasi Kompor Minyak Jelantah adalah menggunkan prinsip-prinsip 3R dengan memanfaatkan Kaleng bekas, minyak Jelantah, dan pemanfaatan bahan lainnya. Selain itu, penulisan ini juga bisa membuka peluang baru bagi masyarakat secara umum dan khususnya untuk masyarakat Sragen yang bisa bersaing dengan kompor minyak tanah dan gas.
Kata kunci : Energi, Kompor, Minyak Jelantah, Bahan bakar.
Sejarah tentang kompor dimulai abad ke-18. Sebelumnya, masyarakat Eropa memasak menggunakan tungku. Pada abad pertengahan, tungku dibuat lebih tinggi sehingga orang tidak harus berjongkok saat memasak. Kemudian, kompor mulai dikembangkan sampai akhirnya tidak digunakan sejak tahun 1753, karena menghasilkan banyak hal yang berbahaya. Lalu, pada tahun 1922 muncul kompor gas yang disebut AGA Cooker temuan Gustaf Dalen yang berkebangsaan Swedia dan masih populer sampai saat ini (Reksowardojo , 2005).
Kompor yang masih mudah kita temui dan dipakai masyarakat kompor adalah minyak tanah. Namun, seiring berjalannya waktu minyak tanah semakin langka dan mahal karena persediaan minyak bumi semakin menipis sedangkan kebutuhan akan bahan bakar terus meningkat. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada bicaranya tanggal 27 September 2005 mengatakan bahwa, cadangan energi di Indonesia sudah sangat terbatas. Cadangan minyak hanya cukup 18 tahun saja, cadangan gas cukup untuk 60 tahun, dan cadangan batu bara tersedia untuk 150 tahun (Budy, 2008).
Salah satu upaya yang digalakkan untuk mengatasi kelangkaan energi fosil ialah pengalihan sumber energi dari energi fosil menjadi energi yang terbaharukan tersebut. Perkembangan sektor energi tidak lepas dari pergerakan perekonomian masyarakat, terutama di era modern seperti saat ini. Energi tidak lagi dipandang sebagai komoditas belaka, melainkan sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi. Itulah sebabnya Pemerintah berkomitmen memperluas pemanfaatan energi baru terbarukan, melalui kebijakan pertumbuhan berbasis produktivitas dan inovasi. Untuk itu, perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan pemanfaatan energi terbarukan untuk mengurangi ketergantungan pada fosil. Salah satunya dengan memanfaatkan minyak Jelantah.
Minyak jelantah (waste cooking oil) merupakan limbah komposisi kimianya, minyak jelantah mengandung senyawa-senyawa yang bersifar karsinogenik, yang terjadi selama proses penggorengan. Pemakaian minyak jelantah yang berkelanjutan dapat merusak kesehatan, menimbulkan penyakit kanker, dan mengurangi kecerdasan. Untuk itu perlu penanganan yang tepat agar limbah minyak jelantah dapat bermanfaat dan tidak menimbulkan kerugian dari aspek kesehatan manusia dan lingkungan. Salah satunya ialah kompor.
Pada umunya kompor minyak yang digunakan masyarakat adalah minyak tanah. Minyak tanah harganya mahal dan susah didapatkan, ada trobosan baru dengan menggunakan minyak jelantah. Nilai positifnya dari kompor ini adalah ramah lingkungan. Kami menggunkan prinsip 3R dengan memanfaatkan Kaleng bekas juga minyak jelantah. Selama ini minyak jelantah merupakan limbah minyak goreng yang dihasilkan oleh rumah tangga yang sering dibuang ke saluran pembuangan. Dengan memanfaatkannya sebagai bahan bakar, dampak pencemaran lingkungan yang diakibatkannya bisa diminimalisir. Gas emisi yang dihasilkan dari pembakaran minyak nabati jauh lebih rendah dibanding dengan minyak tanah. Dalam IPTEK VOICE di website Kementrian Negara Riset dan Teknologi RI, Safriadi, perekayasa di BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) menyebutkan bahwa bahan bakar nabati mampu menurunkan 100% emisi gas buangan surfur dan CO2 serta CO sampai dengan 50%.
Menimbang pertumbuhan ekonomi yang terjadi secara fluktuatif dan cenderung menurun, kami mempertimbangkan produk dari sisi ekonomis. Kondisi masyarakat yang sedang memiliki masalah finansial di masa pandemi ini menjadi pertimbangan dasar inovasi penciptaan produk Kompor Minyak Jelantah. Hal ini juga bisa dilihat dari naiknya harga minyak dan hampir langka. Banyak Ibu-Ibu merasa menyayangkan bila sisa minyak jelantah dibuang begitu saja. Semoga dengan kompor Minyak Jelantah dapat menciptaan produk inovasi yang efisien dan mampu menghasilkan manfaat yang maksimal.
Oleh Karena itu, kami menciptakan produk kompor Minyak Jelantah sebagai solusi permasalahan masyarakat di Kabupaten Sragen, sekaligus sebagai alat untuk mengurangi emisi gas buangan surfur dan CO2 serta CO. Produk ini diciptakan menggunakan bahan yang mudah didapat dan harga yang terjangkau sehingga produk yang dihasilkan lebih efisien.
KOMPOR ABAHMIJAN (Kompor Alternatif Bahan Bakar Minyak Jelantah) memiliki keunggulan pada penggunaan produk yang sederhana dan harga terjangkau tetapi manfaat yang didapat masih bisa maksimal.
Nama |
Leni Anggraini, Qatrunnada Salsabila, Fitri Lestari |